Senin, 24 Maret 2014

yuk..!!! kita berpartisipasi





Assalamu’alaikum Bapak / Ibu / Saudara / Saudari
Apa yang kita lihat ini dibawah ini merupakan hal yang wujud.
Betapa anak-anak yatim dan dhu’afa harus rela membantu kepala asrama dan ibu asrama umtuk membersihkan asrama belakang mereka yang terkena banjir.

Oleh karena itu, kami para relawan dan pengurus berinisiatif tuk memprioritaskan tuk membangun asrama kembali (merenovasi) agar mereka bisa tinggal dengan layak dan berkembang serta beraktifitas dengan baik.
Karena kami menyadari bahwa mereka anak-anak yang sangat Rosulullah anjurkan untuk kita jaga, bina serta menghidupi mereka sebagaimana anak-anak yang lain yang butuh sekolah, belajar serta berkembang menjadi generasi yang cerdas, taqwa dan mandiri atau generasi masa depan  bangsa dan negara.
Dan Saat Ini Pondok Yatim Dhu'afa sedang merenovasi Asrama Putra Yg bertepatan di Jl kembang kerep no. 7 Kembangan, Jakarta Barat.
Semoga anda tergerak hatinya tuk ikut berpartisipasi melalui uluran tangan dan bantuan anda.

Untuk informasi lebih lanjut Slahkan Hubungi,
TELP. (021) 5867 312 / (021) 5686 072 atau sms 0813 1854 7070

Terima Kasih atas perhatiannya dan telah berkunjung ke website kami.
Wassalamu’alaikum Wr, Wb.



Kontak Informasi


  
 :(021)53653095,5867312,5686072





 : www.pondokyatim.or.id



 : https://www.facebook.com/pages/Pondok-Yatim-Dhuafa/151762135027094?fref=ts



  : https://twitter.com/pyd_yass                       



TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN 
KE 
BLOGSPOT KAMI
 
               

Kamis, 20 Maret 2014

Program Santunan Janda-Janda Dhu'afa




Kesadaran berbagi merupakan sikap mulia yang di ajarkan semua agama. Fitrah dan naluri manusia sebagai makhluk sosial sendiri selalu menuntut untuk mau bersikap peduli dan peka terhadap segala penderitaan, kekurangan dan keterbatasan yang ada pada sesama. Ada sisi lain dari jiwa kita yang merupakan hak orang lain dan merupakan kewajiban kita untuk memberikannya kepada yang berhak menerimanya.
Kehilangan tulang punggung keluarga dan harus berjuang sendiri untuk mencari nafkah bagi anak-anaknya tentu merupakan hal yang sangat berat yang harus di tanggung oleh janda-janda dhu’afa di sekitar kita, melalui program sajada kami hadir untuk memfasilitasi bapak dan ibu dalam meringankan beban hidup mereka. Saat ini ada 55 janda-janda dhu’afa yang menjadi mustahiq di Pondok Yatim dan Dhu’afa.

Info Selengkapnya  :
 : (021)5844684/5686072/53653095


 : https://www.facebook.com/pages/Pondok-Yatim-Dhuafa /151762135027094?fref=ts

 























Selasa, 18 Maret 2014

DO'A ANAK YATIM




DO'A ANAK YATIM DAN DHU'AFA

Ya Allah Ya Robb Kami
Ampunilah kami sebagaimana engkau mengampuni nabi kami, dan Ampunilah org tua kami. yang melahirkan kami atau yg mengasihi kami sebagai anak sendiri, dan jadikalah kami termasuk orang orang yang bersyukur,

Ya Allah Ya Malilkul Qudus
Lengkapkanlah nikmatmu dengan membalasi semua orang tua kami yg berbagi rizki dengan kami, yg berbagi kebahagiaan dan kesenangan dengan kami, yang tidak menghardik kami, sehingga engkau benci.

Ya Allah Ya Rohmanurrohim
Bahagiakanlah kami dengan membahagiakan mereka yang menyisihkan hartanya bagi kami. Maka kabulkanlah do'a mereka, lindungilah urusan mereka dan kasihi pula keluarganya yg telah tiada, sehingga ia tenang di tempat peristirahatannya disisi-Mu.

Ya Allah Yang Maha Melihat
Tentramkanlah negri kami, sebagaimana engkau tentramkan hati kami. Lindungilah para pemimpin kami sebagaimana engkau melindungi kami. dan janganlah kau hukum kami jika jika kami lupa atau bersalah, janganlah engkau bebankan kepada kami beban yg berat sebagaiman engkau telah bebankan kepada Orang orang sebelum kami, sehingga kami tak sanggup memikulnya. beri maaflah kami, ampuni kami, dan rahmatilah kami, karena Engkaulah penolong kami...

Aminn Ya Robbal'Alaminn

Sabtu, 15 Maret 2014

Pengorbanan Orang Tua untuk Anaknya

 


Malam itu seorang ibu menunggu suaminya pulang dari kerja. Ibu itu cemas karena sampai jam setengah sepuluh malam suaminya belum juga pulang. Cemasnya bertambah ketika dentang jam dinding menunjukkan pukul sepuluh. Lambat laun kecemasannya berkurang tatkala ia mendengar suara langkah kaki mendekat kearah pintu. Disibakkan segera gorden yang menutupi kaca besar disamping pintu. Tak sabar ingin melihat suaminya pulang. Ternyata benar, suara langkah kaki itu milik suaminya. Dibukanya pintu untuk segera menyambut kepulangan suaminya...

Sesampainya di dalam rumah, suaminya mempersilahkan istrinya duduk seraya ia berkata, “Maafkan saya istriku, saya membuatmu cemas. Tadi saya harus menambah penghasilan kita untuk bersalinmu nanti. Sepulang kerja saya gunakan motor kita untuk menarik ojek di dekat kantor. Lumayan bisa nambah-nambah.” Sambil mengelus-elus perutnya yang buncit menjawab,”Saya khawatir terjadi apa-apa. Sudah jam sepuluh cuma kamu belum pulang juga. Kalau saya tiba-tiba mau melahirkan bagaimana?” Dengan penuh bijak suaminya menenangkan istrinya,”Makanya kita harus berdoa terus kepada Allah agar anak kita bisa lahir dengan selamat. Walau saya tidak ada di samping kamu, insyaallah, jika Dia berkehendak maka kamu dan anak kita akan diselamatkannya.”

Di pagi hari, istrinya mengeluh perutnya sakit. Sepertinya akan melahirkan. Dengan sigap suaminya memanggil taksi untuk membawa istrinya ke rumah bersalin terdekat. Di dalam taksi suaminya terus berdoa. “Ya Allah, jika Engkau berkehendak maka tidak ada satupun makhluk yang dapat menolak kehendak-Mu. Izinkanlah aku meminta pada-Mu Ya Robbi pencipta manusia. Istriku akan melahirkan, buatlah ia tenang dalam perjalanannya menuju rumah bersalin agar kegelisahanku berkurang. Ya Robbi, lancarkanlah persalinannya dan selamatkanlah keduanya. Ya Allah, karuniakanlah hamba anak yang sempurna dan sholeh, yang nantinya dapat membahagiakan kami di dunia dan akhirat.”

Sesampainya di rumah bersalin, dipanggilnya suster jaga untuk segera menolong istrinya yang akan melahirkan. Setelah dibawa ke dalam ruang bersalin oleh suster, suaminya menunggu di luar ruang. Harap cemas menyelimutinya. Gelisah menghampiri saat terdengar suara teriakan istrinya dari dalam ruangan. “Sepertinya proses persalinan sedang berlangsung,” pikirnya seraya ia memanjatkan doa kepada Allah agar Dia berkenan menyelamatkan istri dan anaknya. Ya, suaminya tak pernah lepas dari berdoa. Ia sangat yakin hanya kepada Allah ia memohon pertolongan.
Tak lama terdengarlah suara tangis bayi dari dalam ruang bersalin. Haru menyelimuti sang suami. Tak terasa air mata pun menetes deras. Ia bersimpuh sujud seraya berdoa mengucapkan terima kasih kepada Allah Swt, Sang Khaliq yang telah menyelamatkan anaknya. Mendadak muncul pertanyaan dalam hatinya, bagaimana dengan istrinya. Dilanjutkan sujudnya, kini ia meminta agar diselamatkan istrinya, ibu dari anaknya. Dalam sujudnya ia terkaget dengan suara derit pintu dan seorang wanita yang memanggilnya. Oh ternyata dokter yang menolong istrinya keluar dari ruang sambil berucap, “Selamat ya pak! Anak dan istri bapak selamat. Sekarang bapak bisa melihat ke dalam. Silahkan..”

Mendengar itu, ia langsung saja menerobos masuk ke dalam ruang. Dengan penuh cinta ia langsung menggendong bayinya. Lalu ia pun mengumandangkan azan dan iqomat di telinga kanan dan kiri. Saat azan dan iqomat dikumandangkan air mendadak deras mengalir keluar dari matanya. Rupanya ia tak kuasa menahan tangis haru. Selepas itu tak henti-hentinya ia bersyukur kepada Allah atas karunia dan nikmat yang Allah berikan berupa anak dan keselamatan anak-istrinya.

*****

Saudaraku,
Seringkali kita lupa akan sosok yang satu itu. Kisah di atas mungkin cukup untuk mengingatkan kembali sesungguhnya sosok pahlawan itu ada di sekitar kita. Bahkan mereka selalu bersama kita sehari-hari. Setiap pagi selalu membangunkan kita untuk sholat shubuh dan menyiapkan sarapan untuk keluarga. Tatkala kita sakit mereka yang pertama kali mengkhawatirkan keadaan kita dan membawa ke rumah sakit. Mereka tak peduli berapa biaya yang dikeluarkan agar kita sehat kembali. Di pikiran mereka, jangan sampai anak saya terlalu lama merasakan sakitnya.

Saudaraku,
Karena itu seorang ibu dengan rela, siang dan malam menjaga kita. Ia takut kalau kita memerlukan sesuatu atau hanya sekedar memberi minum. Ketika suhu badan kita meninggi ia pun panik berteriak memanggil dokter. Dalam kondisi seperti itu, seorang ayah dengan sekuat tenaga mencari penghasilan tambahan agar ia dapat membiayai pengobatan anaknya. Bahkan berbagai cara terkadang dilakukan. Jika perlu berhutang akan dilakoninya, pintasnya.

Itu hanya sebagian kecil realita dari sosok pahlawan itu. Dalam kondisi yang lain mungkin kita bisa mengingatnya kembali. Bagaimana dua orang pahlawan itu sibuk mempersiapkan berbagai hal tatkala mendengar anaknya masuk ke perguruan tinggi. Mereka tak pernah mengeluh hatta mereka tidak memiliki uang sedikit pun. Mereka selalu menutupi kondisi sebenarnya dengan baik, hanya untuk menyenangkan hati anaknya. Prinsip mereka, biarlah kami berkorban jauh dari kesenangan asalkan anak kami tidak sedih.

Cukupkah realita itu untuk mengkategorikan dua sosok, ayah dan ibu, sebagai pahlawan? Bahkan jika bisa seharusnya mereka menyandang, ’Pahlawan Sejati’ dari seluruh pahlawan yang pernah ada di negeri dan dunia ini. Karena ayah dan ibu, mereka berjuang dengan seluruh jiwa dan harta. Tak ada sejengkal dari jasadnya yang tak ia korbankan demi kebahagiaan anak tercinta. Tak ada sepeserpun uang yang mereka tak keluarkan untuk kepentingan anaknya. Bahkan yang kini kita sebut sebagai pahlawan, apakah mereka adalah Jenderal Sudirman atau Bung Tomo, mereka dilahirkan dan dibesarkan oleh dua sosok pahlawan ini

Saudaraku,
Berbahagialah kalian yang disekitarnya masih ada dua sosok pahlawan, ayah dan ibu. Jagalah mereka dengan baik. Usahlah kita berperilaku tak baik pada mereka. Apalagi sampai kata ’ahh’ menghiasi mulut kita saat berbicara dengan mereka. Mereka lebih dari sekedar pahlawan tanpa tanda jasa. Jika perlu, apa yang mereka inginkan kita berusaha untuk memenuhinya. Melihat kita menjadi seorang sarjana adalah harapan mereka. Dan menjadi anak yang sholeh-sholehah, berbakti pada mereka, dan berguna bagi ummat adalah cita-cita mereka. Semoga kita dapat mewujudkannya!
Web      : www.pondokyatim.or.id
Sumber : Strawberry
 

TERIMA KASIH TELAH MENGUNJUNG

BLOGSPOT KAMI:

http://pondok-yatim-dhuafa.blogspot.com/ 

10 Tips Menahan Amarah



1. Membaca ta’awudz                                                                                  
Yaitu dengan mengucapkan : “A’udzubillahi minasy syaithanir rajiim”.

2. Berwudhu
Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
Sesungguhnya marah-marah dari Setan, dan sesungguhnya setan diciptakan dari api, dan sesungguhnya api dimatikan dengan air. Maka ketika salah satu kalian marah-marah maka hendaklah berwudhu(HR. Abu Dawud)

3. Merubah Posisi Badan
Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
Ketika salah satu kalian marah dalam keadaan berdiri maka hendaklah duduk, maka hilang marah-marahnya. Dan jika tidak hilang maka hendaklah berbaring (HR. Abu dawud)

4. Membaca Al-Qur'an Sebagai Penenang Jiwa
Supaya emosi tidak terus berkembang menjadi amarah, maka ada baiknya kita sibukkan hati ini yang sedang emosi agar 'terlupa' dari amarah. Salah satunya dengan membaca Al-Qur'an atau membaca surat yasiin yang InsyaAllah dapat menenangkan jiwa yang sedang bergejolak dalam jebakan amarah.

 5. Mengingat besarnya pahala orang yang bisa menahan luapan marahnya
Jadi jangan biarkan hawa nafsu kita lebih berkuasa, sehingga marah tak terjaga dan hilanglah besarnya pahala dari sikap dapat menahan marah.

6. Mengambil sikap diam, tidak berbicara
Berbicara dalam keadaan kondisi kita sedang marah akan dapat memunculkan berbagai ucapan yang dapat kita sesali setelahnya.

7. Mengingat agungnya balasan bagi orang yang mau memaafkan kesalahan orang yang bodoh
Terkadang amarah itu muncul atas kebodohan orang lain. Semisal berhadapan dengan orang-orang yang gemar mencela sunnah-sunnah tuntunan yang mulia dari Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam.

8. Meninggalkan berbagai bentuk celaan, makian, tuduhan, laknat dan cercaan
Munculnya celaan, makian dan semisalnya dari ucapan kita hanya akan menjadikan hati kita keras dan menjadikan semakin buruknya suasana.

9. Memikirkan betapa jelek penampilannya apabila sedang dalam keadaan marah
Ketika seorang marah, tentu akan menjadi buruk dan jelek ketika dilihat orang lain. Orang yang tidak mengetahui duduk perkara yang ada dapat menyimpulkan hal-hal yang negatif atas diri kita akibat sekedar melihat kondisi kita ketika sedang meluapkan amarah di hadapan orang lain.

10. Meredam ego dari diri kita
Orang marah biasanya karena egonya naik, cobalah untuk merendahkan ego serendah-rendahnya, insya Allah emosi kita bisa terkendali.

Jumat, 14 Maret 2014

Sebuah Renungan





Seorang tukang air memiliki dua tempayan besar, masing-masing bergantung pada kedua ujung sebuah pikulan, yang dibawa menyilang pada bahunya.

Satu dari tempayan itu retak, sedangkan tempayan yang satunya lagi tidak. Jika tempayan yang tidak retak itu selalu dapat membawa air penuh setelah perjalanan panjang dari mata air ke rumah majikannya, maka tempayan yang retak itu hanya dapat membawa air setengah penuh.

Selama dua tahun, hal ini terjadi setiap hari. Si tukang air hanya dapat membawa satu setengah tempayan air ke rumah majikannya. Tentu saja si tempayan yang tidak retak merasa bangga akan prestasinya, karena dapat menunaikan tugasnya dengan sempurna. Namun si tempayan retak yang malang itu merasa malu sekali akan ketidaksempurnaannya dan merasa sedih sebab ia hanya dapat memberikan setengah dari porsi yang seharusnya dapat diberikannnya.

Setelah dua tahun tertekan oleh kegagalan pahit ini, tempayan retak itu berkata kepada si tukang air, "Saya sungguh malu pada diri saya sendiri, dan saya ingin mohon maaf kepadamu".

"Kenapa? Kenapa kamu merasa malu?" Tanya si tukang air.

"Saya hanya mampu, selama dua tahun ini, membawa setengah porsi air dari yang seharusnya dapat saya bawa karena adanya retakan pada sisi saya telah membuat air yang saya bawa bocor sepanjang jalan menuju rumah majikan kita. Karena cacatku itu, saya telah membuatmu rugi". Kata tempayan itu.

Si tukang air merasa kasihan pada si tempayan retak, dan dalam belas kasihannya, ia berkata, "Jika kita kembali ke rumah majikan besok, aku ingin kamu memperhatikan bunga-bunga indah di sepanjang jalan".

Benar, ketika mereka naik ke bukit, si tempayan retak memperhatikan dan baru menyadari bahwa ada bunga-bunga indah di sepanjang sisi jalan, dan itu membuatnya sedikit terhibur.

Namun pada akhir perjalanan, ia kembali sedih karena separuh air yang dibawanya telah bocor, dan kembali tempayan retak itu meminta maaf pada si tukang air atas kegagalannya.

Si tukang air berkata kepada tempayan itu, "Apakah kamu memperhatikan adanya bunga-bunga di sepanjang jalan di sisimu tapi tidak ada bunga di sepanjang jalan di sisi tempayan yang lain yang tidak retak itu? Itu karena aku selalu menyadari akan cacatmu dan aku memanfaatkannya. Aku telah menanam benih-benih bunga di sepanjang jalan di sisimu, dan setiap hari jika kita berjalan pulang dari mata air, kamu mengairi benih-benih itu. Selama dua tahun ini aku telah dapat memetik bunga-bunga indah itu untuk menghias meja majikan kita. Tanpa kamu sebagaimana kamu ada, majikan kita tak akan dapat menghias rumahnya seindah sekarang".

***

Setiap dari kita memiliki cacat dan kekurangan kita sendiri. Kita semua adalah tempayan retak. Namun jika kita mau, Tuhan akan menggunakan kekurangan kita untuk menghias-Nya.

Di mata Tuhan yang bijaksana, tak ada yang terbuang percuma. Jangan takut akan kekuranganmu. Kenalilah kelemahanmu dan kamu pun dapat menjadi sarana keindahan Tuhan. Ketahuilah, di dalam kelemahan kita, kita menemukan kekuatan kita.

sumber : myquran.com